Monday, October 7, 2019

GHOST SAGA: HAUNTING IN CONNECTICUT




Pada 1986, sebuah keluarga pindah ke sebuah rumah tua di kota Southington di negara bagian Connecticut, Amerika Serikat. Keluarga mereka baru saja mengalami tragedi. Anak tertua mereka didiagnosis menderita kanker sehingga mereka memutuskan pindah ke rumah yang dekat dengan rumah sakit dimana anak mereka dirawat. Namun begitu pindah ke rumah baru itu, mereka langsung menyadari ada sesuatu yang salah. Mereka bukanlah satu-satunya “penghuni” di rumah tersebut. Mereka mulai dihantui pengalaman-pengalaman menakutkan. Namun tak hanya itu, anak tertua mereka mulai menunjukkan perubahan perilaku, seolah tanda-tanda ada sesuatu yang lain tengah mendiami tubuhnya. Inilah kisah di balik teror mengerikan di sebuah rumah di Connecticut.

Dear readers, welcome to the ghost saga.


Keluarga Snedeker merupakan keluarga Amerika biasa. Sang suami, Allen, dan istrinya Carmen, baru saja mendapat kabar buruk bahwa putra mereka, Phillip, menderita kanker Hodgkin Lymphoma, suatu jenis kanker yang menyerang pertahanan tubuh. Demi mempermudah anak mereka dalam rawat jalan, mereka memutuskan untuk pindah ke rumah yang lebih dekat dengan rumah sakit tempat anak mereka dirawat. Keluarga Snedeker bukanlah keluarga kaya, apalagi pengeluaran mereka bertambah dengan biaya berobat anak mereka. Karena itu, ketika mereka melihat sebuah rumah ditawarkan dengan harga yang amat murah, mereka langsung menyabet kesempatan itu.

Merekapun kemudian pindah ke sebuah rumah di 208 Meriden Avenue di kota Southington, Connecticut pada 30 Juni 1986. Sayang, rumah itu tak cukup besar, apalagi saat itu keluarga Snedeker juga membawa tiga anak dan seorang keponakan perempuan yang tinggal bersama mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengubah ruang bawah tanah rumah baru mereka, yang kala itu terbengkalai, menjadi kamar bagi anak-anak mereka.

Namun begitu Carmen mengecek ruang bawah itu, ia menemukan kejutan yang mengerikan.



Ia menemukan alat-alat pembalseman mayat. Tanpa ia duga, rumah yang kini mereka tinggali dulunya adalah bekas rumah pemakaman bernama “The Hallahan Funeral Home”. Dalam tradisi Kristen, jenazah biasanya tidaklah langsung dikuburkan. Sebelum dimakamkan, jenazah biasanya dibalsem dulu untuk diawetkan, kemudian diletakkan di sebuah peti di rumah pemakaman selama kurang lebih seminggu agar keluarga jauh bisa mengunjunginya. Kemudian pemakaman baru dilakukan pada hari Minggu di gereja. Karena itu, tradisi Kristen membutuhkan yang namanya rumah pemakaman untuk memandikan, mengawetkan, serta mendandani jenazah, sekaligus sebagai tempat melayat sebelum prosesi pemakaman.

Tak hanya itu, mereka menemukan sebuah kuburan kecil di halaman belakang mereka. Serta yang paling meresahkan, mereka menemukan sebuah laci yang penuh berisi foto-foto jenazah yang menakutkan. Tentu saja ini menjadi pengalaman tak mengenakkan bagi Carmen dan keluarganya, terutama bagi anak-anaknya yang “terpaksa” tidur di basement bekas tempat pembalseman mayat itu. Namun mereka tak punya pilihan lain.

Mereka tak butuh lama untuk merasa “dihantui” di rumah itu. Mereka melaporkan mendengar suara-suara aneh, perubahan suhu ruangan yang drastis, hingga sosok-sosok misterius mulai muncul di rumah mereka. Mereka juga mencatat suatu insiden dimana Bradley, anak termuda mereka tiba-tiba berputar-putar tak terkendali ketika ia menaiki tempat tidur beroda milik kakaknya.

Salah satu pengalaman menakutkan yang mereka alami adalah tag (kartu kecil berisi identitas yang biasanya diikatkan di jari kaki jenazah) mulai ditemukan dimana-mana di berbagai penjuru rumah, seolah-olah terlepas ketika “sosok-sosok” itu menghantui lorong-lorong rumah.

Sketsa salah satu sosok yang menghantui rumah keluarga Snedeker

Dari semua anggota keluarga Snedeker, Phillip-lah yang sepertinya menjadi target utama para arwah itu, mungkin karena kondisi fisik dan emosionalnya yang kurang baik akibat sakit parah yang melandanya. Ia mulai terbangun malam-malam di kamarnya (yang berada di ruang bawah tanah, bekas tempat pembalseman mayat) dan melihat sosok pria dalam kegelapan. Rambutnya amat panjang hingga ke pinggang dan ia hanya berdiri di sana, di dalam kegelapan, sembari memanggil namanya.

Setelah tinggal di rumah itu, Phillip yang saat itu juga tengah mengalami perawatan untuk penyakit kankernya, mulai menunjukkan perubahan sikap. Semalam setelah mereka pindah, Phillip mulai melontarkan lelucon-lelucon yang kejam. Orang tuanya masih memaklumi perilakunya ini karena anak mereka itu memang tengah mengalami cobaan berat. Namun sikap Phillip makin lama makin meresahkan.

Ia mulai menjadi penyendiri dan mudah marah. Ia juga mulai menulis puisi-puisi “disturbing” tentang nekrofilia (berhubungan intim dengan mayat). Dalam suatu kesempatan, Phillip pernah mengunci adiknya sendiri di dalam sebuah peti, namun sama sekali tak ingat pernah melakukannya. Puncaknya ketika ia menyerang sepupu perempuannya bahkan mencoba memperkosanya.

Orang tuanya kemudian membawanya ke psikiater dan di sana ia didiagnosis menderita skizofrenia. Alasannya karena ia mengaku sering mendengar “suara-suara” dan mendapat “penglihatan” yang oleh psikiaternya dianggap sebagai halusinasi semata. Iapun dipindahkan untuk tinggal di rumah perawatan. Anehnya, semenjak ia keluar dari rumah itu, perilakunya kemudian membaik.

Fenomena-fenomena mengerikan pun mulai dialami anggota keluarga lainnya, terutama Carmen. Air bekas pel yang digunakannya tiba-tiba berubah menjadi darah. Di penjuru rumah mulai tercium bau daging yang membusuk. Tak hanya itu, Carmen juga melihat penampakan-penampakan seperti seorang pria berambut putih dan bermata putih tengah mengenakan pakaian jas, seperti yang biasa dikenakan jenazah ketika dirias dan diletakkan dalam peti.

Pengalaman-pengalaman itulah yang kemudian membuat rumah mereka dikunjungi oleh tamu yang mungkin tak mereka duga sebelumnya.

Keluarga Warren.



Ya, Ed dan Lorraine Warren, tokoh investigator supranatural yang dipopulerkan oleh film-film seperti “Conjuring” dan “Annabelle” ini memang tokoh historis yang benar-benar ada. Kasus keluarga Snedeker ini membuat mereka tertarik menyelidikinya. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama keluarga tersebut untuk memastikan fenomena gaib tersebut. Namun sialnya, semenjak keberadaan mereka di sana, situasi justru memanas. Anggota keluarga Snedeker mulai mengalami aksi “poltergeist” dimana mereka tiba-tiba ditampar, didorong, bahkan dihantamkan ke dinding oleh tangan-tangan tak kasat mata.

Keluarga Warren yang menyelidiki rumah itu kemudian menemukan fakta menakutkan. Ternyata dulu, salah satu pegawai di rumah duka tersebut didakwa melakukan nekrofilia terhadap mayat-mayat yang ada di sana. Mungkin itulah yang membuat arwah-arwah di rumah pemakaman itu menjadi tak mampu beristirahat dengan damai. Keluarga Warren pun kemudian mengadakan upacara exorcism untuk mengusir arwah-arwah yang tinggal di sana.

Anehnya, semenjak tinggal di rumah itu, kondisi kesehatan Phillip justru membaik. Bahkan setelah episode “kegilaan” sementaranya, penyakit kankernya justru menghilang secara ajaib. Merasa tak ada alasan lain untuk tinggal di sana, keluarga Snedeker akhirnya meninggalkan rumah itu dan pindah ke negara bagian Tennesse.


Banyak yang menyatakan sangsi terhadap kesaksian keluarga Snedeker. Ada yang mengatakan apa yang dilihat dan dialami Phillip (termasuk perubahan perilakunya) karena pengaruh kemoterapi serta obat-obatan yang diminumnya, dimana salah satu efek sampingnya mungkin halusinasi. Walaupun klaim ini sendiri dibatah oleh dokter yang merawat Phillip. 

Bahkan pihak yang lebih skeptis menuduh keluarga Snedeker ingin meniru sensasi yang dibuat oleh keluarga Lutz, yang beberapa tahun sebelumnya membuat heboh dengan menceritakan pengalaman seram mereka di Amytiville, New York. Keluarga Lutz kala itu memang meraup profit yang cukup besar berkat buku dan film yang dibuat dari pengalaman mereka.


Bagaimana dengan kalian sendiri? Apakah menurut kalian pengalaman menakutkan yang dialami keluarga Snedeker benar-benar nyata? Kalian mungkin belum pernah mendengar tentang kasus ini, yang menjadi bukti bahwa keluarga Snedeker, tidak seperti klaim kebanyakan orang, tidak berusaha menjadi keluarga Lutz dan “menjual” kisah mereka. Nyata atau tidak, paling tidak kini keluarga Snedeker terbebas dari pengalaman menakutkan yang pernah mereka alami.

3 comments: