Seorang
wanita tengah terlelap tidur. Ia baru saja pindah ke rumah baru yang
selama ini diimpikannya bersama lima orang anak gadisnya. Suaminya
saat itu tidak menemaninya karena pekerjaannya sebagai supir truk
membuatnya seringkali jauh dari keluarga. Ia baru saja tertidur
ketika tiba-tiba ia terbangun karena merasakan kehadiran orang lain
di kamarnya. Awalnya ia berpikir itu adalah salah satu anaknya atau
bahkan mungkin suaminya yang pulang untuk memberinya kejutan. Namun
begitu ia membuka matanya, ia terkesiap.
Di
atas langit-langit, menempel di dinding, adalah seorang wanita tua
dengan gaun kuno berwarna abu-abu kotor, seolah baju itu telah
dikubur dari dalam tanah dan digali kembali. Wajahnya mengerikan,
menggantung di sisi kepalanya, dan tubuhnya ... tubuhnya seolah
terbuat dari jaring laba-laba yang menyatu.
Wanita
itu berteriak, “PERGI! PERGI! KELUAR ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!!”
Wanita
itu adalah Carolyn Perron dan ia tinggal di sebuah rumah berhantu di
negara bagian Rhode Island di Amerika pada 1970-an. Pasangan
paranormal, Ed dan Lorraine Warren kemudian berusaha membantunya
untuk mengusir roh jahat itu dari rumahnya.
Kisah
keluarganya kemudian diabadikan dalam film “The Conjuring”.
Walaupun
banyak adegan dalam film itu cukup setia dengan apa yang dilaporkan
terjadi di rumah itu oleh keluarga Perron dan Warren, namun banyak
kisah yang tak terabadikan dalam film yang hanya berdurasi 1,5 jam
itu. Kisah sesungguhnya jauh lebih menakutkan dan yang lebih miris
lagi, kisah yang menginspirasi “The Conjuring” itu tak pernah
berakhir bahagia.
Dear
readers, welcome to the ghost saga.
Keluarga Perron
Pada
Januari 1971, masih di bulan musim dingin, keluarga Perron pindah ke
rumah baru mereka, yang oleh warga lokal disebut “Old Arnold
Estate”. Keluarga Perron, yang terdiri dari Carolyn dan suaminya
Roger, serta lima anak perempuan mereka sangat mengimpikan tinggal di
rumah besar dengan lahan yang luas. Rumah itu sendiri adalah rumah
perkebunan dengan 14 kamar tidur di Harrisville, Rhode Island.
Lima anak perempuan keluarga Perron amatlah menyambut baik kepindahan
mereka itu. Mereka berlima adalah gadis-gadis tomboy dan menikmati
sekali bermain di luar rumah, termasuk memanjat pohon dan berlarian
di halaman yang luas, apalagi ada sebuah danau kecil di lahan mereka.
Namun
pada detik pertama kepindahan mereka, sesuatu yang tidak beres
langsung tercium.
Pada
saat memasukkan barang-barang ke dalam rumah, para anak gadis
keluarga Perron melihat seorang pria. Mereka mengira pria itu adalah
salah satu sanak keluarga mereka yang tengah membantu mereka
pindahan. Namun setelah semua anggota keluarga yang lain pergi, ia
masih tinggal di sana.
Kemudian
di hadapan Nancy Perron, salah satu anak keluarga itu, sosok itu
tiba-tiba menghilang.
Pengalaman-pengalaman
aneh lainnya mulai terjadi, walau dalam skala kecil. Anak-anak
keluarga Perron seringkali menemukan mainan mereka berpindah tempat
secara misterius. Ketika ditinggal sebentar, tiba-tiba mainan itu
sudah berada di bawah ranjang ketika mereka kembali. Tentu, berada di
keluarga besar, anak-anak itu menyangka saudara mereka tengah
mengerjai mereka.
Tak
hanya anak-anak keluarga Perron saja. Sang ibu, Carolyn mulai
menyadari hal-hal kecil yang aneh sering terjadi. Seperti sapu yang
menghilang atau berpindah tempat dengan sendirinya. Ada suara seperti
“cakaran”, seperti kuku yang menggores peralatan memasak mereka
di dapur ketika tak ada orang di sana, ataupun tumpukan debu yang
tiba-tiba muncul di tengah lantai yang baru saja dibersihkan.
Rumah berhantu yang didiami keluarga Perron
Cynthia,
anak lain dari keluarga Perron juga mengalami pengalaman misterius.
Pada dua bulan pertama kepindahan mereka, seorang wanita tiap malam
datang ke kamarnya dan mengecup keningnya. Cynthia selalu mengira
wanita itu adalah ibunya, walaupun ia sempat dibikin heran karena
wanita memiliki harum bunga, tidak seperti aroma sabun yang selalu
digunakan ibunya. Barulah ia mengetahui, setelah ia menanyakan pada
ibunya, bahkan Carolyn tak pernah mengunjungi Cynthia malam-malam.
Wanita
yang selalu datang tiap malam itu bukanlah ibunya.
Sama
seperti cerita Cynthia, anak-anak gadis keluarga Perron juga melihat
penampakan hantu-hantu yang awalnya tak berbahaya. Namun
lama-kelamaan, aktivitas supranatural itu mulai meresahkan.
Sama
seperti di film “Conjuring”, para anak gadis di keluarga Perron
gemar bermain petak umpet di rumah mereka yang besar itu. Namun
pengalaman yang mereka temui jauh berbeda dengan apa yang terjadi di
film tersebut.
Suatu
hari, Cynthia yang masih berusia 8 tahun kala itu bermain petak umpet
bersama sudari-saudarinya. Ia menemukan sebuah peti kayu dengan tutup
menumpang di atasnya. Kotak kayu itu tidak memiliki engsel, jadi
tutupnya harus diangkat untuk membukanya.
Cynthia
kecil bersembunyi di dalam situ. Karena tak ada yang kunjung
menemukannya, iapun bosan dan hendak keluar. Namun ketika mendorong
tutup peti itu, ia merasa ada sesuatu yang tengah menindihnya dan tak
membiarkannya keluar.
Hal
itu membuatnya takut dan panik, apalagi peti kayu itu tertutup amat
rapat hingga ia tak mampu lagi bernapas dan kehabisan udara. Ia terus
berteriak dan menendang-nendang peti itu hingga akhirnya Nancy,
saudarinya, datang dan membukakan peti itu. Ia kemudian menarik
Cynthia yang ketakutan setengah mati dan bermandikan keringat keluar
dari dalam peti itu.
Ia
hampir saja mati sesak napas di sana.
Foto masa lalu dari rumah keluarga Perron
Pengalaman-pengalaman
menakutkan yang dialami para anak keluarga Perron membuat mereka
kebingungan. Ayah mereka seringkali tak ada di rumah karena
pekerjaannya, sedangkan mereka tak tahu cara menjelaskan semua
pengalaman mereka pada sang ibu.
Namun
Carolyn, yang mulai curiga dengan kejadian-kejadian aneh di rumah
itu, mulai menyelidiki masa lalu kediamannya dan menemukan fakta
mengejutkan.
Rumah
itu sudah didiami selama 8 generasi dan selalu ada kematian yang
mengerikan dan misterius menggentayangi rumah itu. Ada yang bunuh
diri, ada yang dibunuh, ada pula anak-anak yang mati tenggelam di
danau dekat rumah mereka.
Paling
tidak, sudah ada lima orang yang gantung diri di rumah itu.
Dari
penyelidikannya pun, Carolyn mengetahui tentang Batsheba.
Batsheba
merupakan sosok antagonis utama di film “Conjuring” untuk alasan
yang bagus. Carolyn percaya, kejadian-kejadian kelam yang terjadi di
rumahnya disebabkan oleh arwah Bastheba. Bastheba sendiri menikah
dengan pemilik rumah itu dan memiliki empat anak, tiga di antaranya
meninggal. Banyak yang mencurigai bahwa Batsheba sebenarnya adalah
penyihir dan ia mengorbankan ketiga anaknya dalam ritual pemujaan
setan. Tak heran, alasan itulah yang menyebabkan arwahnya terjebak di
rumah ini dan melampiaskan kekejamannya, kali ini pada keluarga
Perron yang dianggapnya masuk tanpa izin ke rumahnya.
Batsheba,
sang wanita iblis itulah yang dilihat Carolyn dalam penampakannya di
awal artikel ini. Ia-lah yang dipercaya sebagai sosok yang mengusir
dan mengancam Carolyn. Sebagai
kepala keluarga ketika suaminya tak ada, Carolyn sering kali menjadi
target teror Batsheba. Ia seringkali di ditampar, bahkan di satu
titik ditusuk oleh sebuah jarum rajut.
Namun
bukan itu saja alasan Batsheba mengincar Carolyn. Ia percaya bahwa
arwah itu sebenarnya diam-diam cemburu akan kedekatan Carolyn dengan
suaminya, Roger. Seringkali ketika pulang, sistem pemanas ruangan di
rumah itu secara misterius mati. Roger seakan “dipancing” untuk
memeriksanya, sebab alat tersebut berada di ruang bawah tanah. Begitu
berada di sana, ia merasa diikuti oleh suatu “entitas” yang
terasa dingin dan berbau busuk di belakangnya. Semenjak itu, Roger
melarang anak-anaknya masuk ke ruang bawah tanah.
Apa yang diyakini sebagai foto Batsheba,
berbeda dengan penggambarannya sebagai
penyihir tua menyeramkan di film Conjuring
Teror
kemudian semakin menjadi-jadi ketika mereka mulai merasakan bau
daging yang membusuk di penjuru rumah dan ranjang yang tiba-tiba
terangkat dari atas lantai. Cynthia adalah salah satu yang
merasakannya. Ranjangnya tiba-tiba terangkat dan bergerak ke seberang
ruangan. Ia berteriak sejadi-jadinya dan ketika fenomena itu
berakhir, ia turun sambil menangis dan bertanya mengapa tak ada yang
menolongnya. Namun ibunya yang berada di lantai bahwa justru mengaku
tak mendengar teriakan apapun.
Pasangan
paranormal kontroversial, Lorraine dan Ed Warren kemudian mendengar
pinta penderitaan mereka dan memutuskan membantu mereka. Saat itu
reputasi keluarga Warren memang tengah naik berkat kasus Amytiville
dan boneka Annabelle. Mereka kemudian datang ke rumah berhantu di
Rhode Island dan seperti versi filmnya, keluarga Warren berkesimpulan
bahwa keluarga Perron terus dihantui karena mereka adalah keluarga
yang tidak beragama dan kurang beriman.
Namun
kehadiran pasangan Warren di rumah itu justru membuat segalanya
memburuk. Di tengah penyelidikan, angin kencang tiba-tiba bertiup
dengan amat keras hingga menerbangkan semua peralatan mereka, mulai
dari kamera hingga mikrofon. Namun anehnya, begitu mereka melihat
keluar, tak ada satupun bukti bahwa angin kencang barusan bertiup.
Pohon-pohon di luar terlihat tampak tenang.
Lorraine
Warren pun memutuskan mengadakan acara pemanggilan arwah untuk
berkomunikasi dengan Batsheba. Pada upacara yang disaksikan
diam-diam oleh Andrea, anak tertua mereka, ia menyaksikan ibunya
kesurupan. Kursi yang diduduki Carolyn tiba-tiba terangkat dari
lantai. Iapun mulai berbicara bahasa Inggris kuno yang kemungkinan
diucapkan oleh Batsheba. Dan tiba-tiba saja, tubuh Carolyn terlempar
ke seberang ruangan.
Dan
di sinilah kelanjutan cerita keluarga Perron berbeda dengan versi
filmnya. Roger, yang khawatir akan kondisi mental istrinya, kemudian
mengusir keluarga Warren dari rumahnya. Ya, mereka memang tak pernah
berhasil mengusir para arwah dari dalam rumah keluarga Perron. Yang
lebih parah, keluarga Perron terpaksa tinggal di rumah itu hingga
tahun 1980 karena mereka tak mampu pindah ke tempat lain. Keluarga
itu terpaksa berdamai dan “beradaptasi” untuk tinggal dengan
paling tidak 9 hantu di rumah itu, dimana sebagian besar menurut
mereka tidaklah berbahaya.
Lorraine dan Ed Warren
Ketika
akhirnya mereka akhirnya mampu pindah, sebuah twist lain pun terjadi.
Menurut
pengakuan Andrea, anak tertua mereka, beberapa arwah itu menempel dan
ikut pindah bersama mereka.
Namun
keluarga Perron kini sepertinya mulai menemukan kedamaian. Andrea
kini menuliskan pengalamannya ke dalam sebuah buku berjudul “House
of Darkness House of Light”. Namun seberapa akurat kesaksiannya?
Benarkah keluarga mereka disiksa oleh keberadaan hantu jahat bernama
Batsheba?
Batsheba,
yang digambarkan sebagai sosok antagonis dalam kisah keluarga Perron,
memang benar-benar ada. Namanya adalah Bathsheba Thayer dan ia
menikah dengan pria bernama Judson Sherman yang kemudian bersamanya
memiliki empat anak. Memang benar ketiga anaknya meninggal, namun
pada masa itu, kematian anak kecil merupakan hal yang lumrah karena
keterbatasan ilmu kedokteran saat itu.
Seorang
blogger bernama J’aime Rubio menyelidiki tentang masa lalu
Batsheba dan menyimpulkan bahwa ia bukanlah penyihir seperti yang
digambarkan orang. Buktinya, kuburannya masih ada di pemakaman umum
kota Harrisburg. Jika benar ia adalah (atau paling tidak dituduh)
penyihir, maka warga setempat takkan membiarkannya dimakamkan di
sana.
Batu nisan Batsheba
Itulah
sekelumit cerita tentang keluarga Perron. Lagi-lagi, kalian boleh
percaya atau tidak. Yang jelas, film “The Conjuring” dengan
drastis memperhalus ending ceritanya. Keluarga Perron tak pernah
diselamatkan. Seperti kata Andrea Perron dalam wawancaranya,
“The house never left us, even though we left the house.
It never left us and it never will.”
Rumah
itu tak pernah meninggalkan mereka. Takkan pernah.
Ngeri
ReplyDeleteGara² film horror, gue jadi takut pindah rimah wkwk
ReplyDeleteDulu pernah terjadi pembunuhan di rumah ini...
ReplyDeleteOrang Amerika : wow, menarique