Monday, October 7, 2019

GHOST SAGA: THE TRUTH BEHIND THE “CONJURING” HAUNTING




Seorang wanita tengah terlelap tidur. Ia baru saja pindah ke rumah baru yang selama ini diimpikannya bersama lima orang anak gadisnya. Suaminya saat itu tidak menemaninya karena pekerjaannya sebagai supir truk membuatnya seringkali jauh dari keluarga. Ia baru saja tertidur ketika tiba-tiba ia terbangun karena merasakan kehadiran orang lain di kamarnya. Awalnya ia berpikir itu adalah salah satu anaknya atau bahkan mungkin suaminya yang pulang untuk memberinya kejutan. Namun begitu ia membuka matanya, ia terkesiap.

Di atas langit-langit, menempel di dinding, adalah seorang wanita tua dengan gaun kuno berwarna abu-abu kotor, seolah baju itu telah dikubur dari dalam tanah dan digali kembali. Wajahnya mengerikan, menggantung di sisi kepalanya, dan tubuhnya ... tubuhnya seolah terbuat dari jaring laba-laba yang menyatu.

Wanita itu berteriak, “PERGI! PERGI! KELUAR ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!!”

Wanita itu adalah Carolyn Perron dan ia tinggal di sebuah rumah berhantu di negara bagian Rhode Island di Amerika pada 1970-an. Pasangan paranormal, Ed dan Lorraine Warren kemudian berusaha membantunya untuk mengusir roh jahat itu dari rumahnya.

Kisah keluarganya kemudian diabadikan dalam film “The Conjuring”.

Walaupun banyak adegan dalam film itu cukup setia dengan apa yang dilaporkan terjadi di rumah itu oleh keluarga Perron dan Warren, namun banyak kisah yang tak terabadikan dalam film yang hanya berdurasi 1,5 jam itu. Kisah sesungguhnya jauh lebih menakutkan dan yang lebih miris lagi, kisah yang menginspirasi “The Conjuring” itu tak pernah berakhir bahagia.

Dear readers, welcome to the ghost saga.



Keluarga Perron 

Pada Januari 1971, masih di bulan musim dingin, keluarga Perron pindah ke rumah baru mereka, yang oleh warga lokal disebut “Old Arnold Estate”. Keluarga Perron, yang terdiri dari Carolyn dan suaminya Roger, serta lima anak perempuan mereka sangat mengimpikan tinggal di rumah besar dengan lahan yang luas. Rumah itu sendiri adalah rumah perkebunan dengan 14 kamar tidur di Harrisville, Rhode Island. Lima anak perempuan keluarga Perron amatlah menyambut baik kepindahan mereka itu. Mereka berlima adalah gadis-gadis tomboy dan menikmati sekali bermain di luar rumah, termasuk memanjat pohon dan berlarian di halaman yang luas, apalagi ada sebuah danau kecil di lahan mereka.

Namun pada detik pertama kepindahan mereka, sesuatu yang tidak beres langsung tercium.

Pada saat memasukkan barang-barang ke dalam rumah, para anak gadis keluarga Perron melihat seorang pria. Mereka mengira pria itu adalah salah satu sanak keluarga mereka yang tengah membantu mereka pindahan. Namun setelah semua anggota keluarga yang lain pergi, ia masih tinggal di sana.

Kemudian di hadapan Nancy Perron, salah satu anak keluarga itu, sosok itu tiba-tiba menghilang.

Pengalaman-pengalaman aneh lainnya mulai terjadi, walau dalam skala kecil. Anak-anak keluarga Perron seringkali menemukan mainan mereka berpindah tempat secara misterius. Ketika ditinggal sebentar, tiba-tiba mainan itu sudah berada di bawah ranjang ketika mereka kembali. Tentu, berada di keluarga besar, anak-anak itu menyangka saudara mereka tengah mengerjai mereka.

Tak hanya anak-anak keluarga Perron saja. Sang ibu, Carolyn mulai menyadari hal-hal kecil yang aneh sering terjadi. Seperti sapu yang menghilang atau berpindah tempat dengan sendirinya. Ada suara seperti “cakaran”, seperti kuku yang menggores peralatan memasak mereka di dapur ketika tak ada orang di sana, ataupun tumpukan debu yang tiba-tiba muncul di tengah lantai yang baru saja dibersihkan.


Rumah berhantu yang didiami keluarga Perron

Cynthia, anak lain dari keluarga Perron juga mengalami pengalaman misterius. Pada dua bulan pertama kepindahan mereka, seorang wanita tiap malam datang ke kamarnya dan mengecup keningnya. Cynthia selalu mengira wanita itu adalah ibunya, walaupun ia sempat dibikin heran karena wanita memiliki harum bunga, tidak seperti aroma sabun yang selalu digunakan ibunya. Barulah ia mengetahui, setelah ia menanyakan pada ibunya, bahkan Carolyn tak pernah mengunjungi Cynthia malam-malam.

Wanita yang selalu datang tiap malam itu bukanlah ibunya.

Sama seperti cerita Cynthia, anak-anak gadis keluarga Perron juga melihat penampakan hantu-hantu yang awalnya tak berbahaya. Namun lama-kelamaan, aktivitas supranatural itu mulai meresahkan.

Sama seperti di film “Conjuring”, para anak gadis di keluarga Perron gemar bermain petak umpet di rumah mereka yang besar itu. Namun pengalaman yang mereka temui jauh berbeda dengan apa yang terjadi di film tersebut.

Suatu hari, Cynthia yang masih berusia 8 tahun kala itu bermain petak umpet bersama sudari-saudarinya. Ia menemukan sebuah peti kayu dengan tutup menumpang di atasnya. Kotak kayu itu tidak memiliki engsel, jadi tutupnya harus diangkat untuk membukanya.

Cynthia kecil bersembunyi di dalam situ. Karena tak ada yang kunjung menemukannya, iapun bosan dan hendak keluar. Namun ketika mendorong tutup peti itu, ia merasa ada sesuatu yang tengah menindihnya dan tak membiarkannya keluar.

Hal itu membuatnya takut dan panik, apalagi peti kayu itu tertutup amat rapat hingga ia tak mampu lagi bernapas dan kehabisan udara. Ia terus berteriak dan menendang-nendang peti itu hingga akhirnya Nancy, saudarinya, datang dan membukakan peti itu. Ia kemudian menarik Cynthia yang ketakutan setengah mati dan bermandikan keringat keluar dari dalam peti itu.

Ia hampir saja mati sesak napas di sana.


Foto masa lalu dari rumah keluarga Perron 

Pengalaman-pengalaman menakutkan yang dialami para anak keluarga Perron membuat mereka kebingungan. Ayah mereka seringkali tak ada di rumah karena pekerjaannya, sedangkan mereka tak tahu cara menjelaskan semua pengalaman mereka pada sang ibu.

Namun Carolyn, yang mulai curiga dengan kejadian-kejadian aneh di rumah itu, mulai menyelidiki masa lalu kediamannya dan menemukan fakta mengejutkan.

Rumah itu sudah didiami selama 8 generasi dan selalu ada kematian yang mengerikan dan misterius menggentayangi rumah itu. Ada yang bunuh diri, ada yang dibunuh, ada pula anak-anak yang mati tenggelam di danau dekat rumah mereka.

Paling tidak, sudah ada lima orang yang gantung diri di rumah itu.

Dari penyelidikannya pun, Carolyn mengetahui tentang Batsheba.

Batsheba merupakan sosok antagonis utama di film “Conjuring” untuk alasan yang bagus. Carolyn percaya, kejadian-kejadian kelam yang terjadi di rumahnya disebabkan oleh arwah Bastheba. Bastheba sendiri menikah dengan pemilik rumah itu dan memiliki empat anak, tiga di antaranya meninggal. Banyak yang mencurigai bahwa Batsheba sebenarnya adalah penyihir dan ia mengorbankan ketiga anaknya dalam ritual pemujaan setan. Tak heran, alasan itulah yang menyebabkan arwahnya terjebak di rumah ini dan melampiaskan kekejamannya, kali ini pada keluarga Perron yang dianggapnya masuk tanpa izin ke rumahnya.

Batsheba, sang wanita iblis itulah yang dilihat Carolyn dalam penampakannya di awal artikel ini. Ia-lah yang dipercaya sebagai sosok yang mengusir dan mengancam Carolyn. Sebagai kepala keluarga ketika suaminya tak ada, Carolyn sering kali menjadi target teror Batsheba. Ia seringkali di ditampar, bahkan di satu titik ditusuk oleh sebuah jarum rajut.

Namun bukan itu saja alasan Batsheba mengincar Carolyn. Ia percaya bahwa arwah itu sebenarnya diam-diam cemburu akan kedekatan Carolyn dengan suaminya, Roger. Seringkali ketika pulang, sistem pemanas ruangan di rumah itu secara misterius mati. Roger seakan “dipancing” untuk memeriksanya, sebab alat tersebut berada di ruang bawah tanah. Begitu berada di sana, ia merasa diikuti oleh suatu “entitas” yang terasa dingin dan berbau busuk di belakangnya. Semenjak itu, Roger melarang anak-anaknya masuk ke ruang bawah tanah.


Apa yang diyakini sebagai foto Batsheba, 
berbeda dengan penggambarannya sebagai 
penyihir tua menyeramkan di film Conjuring

Teror kemudian semakin menjadi-jadi ketika mereka mulai merasakan bau daging yang membusuk di penjuru rumah dan ranjang yang tiba-tiba terangkat dari atas lantai. Cynthia adalah salah satu yang merasakannya. Ranjangnya tiba-tiba terangkat dan bergerak ke seberang ruangan. Ia berteriak sejadi-jadinya dan ketika fenomena itu berakhir, ia turun sambil menangis dan bertanya mengapa tak ada yang menolongnya. Namun ibunya yang berada di lantai bahwa justru mengaku tak mendengar teriakan apapun.

Pasangan paranormal kontroversial, Lorraine dan Ed Warren kemudian mendengar pinta penderitaan mereka dan memutuskan membantu mereka. Saat itu reputasi keluarga Warren memang tengah naik berkat kasus Amytiville dan boneka Annabelle. Mereka kemudian datang ke rumah berhantu di Rhode Island dan seperti versi filmnya, keluarga Warren berkesimpulan bahwa keluarga Perron terus dihantui karena mereka adalah keluarga yang tidak beragama dan kurang beriman.

Namun kehadiran pasangan Warren di rumah itu justru membuat segalanya memburuk. Di tengah penyelidikan, angin kencang tiba-tiba bertiup dengan amat keras hingga menerbangkan semua peralatan mereka, mulai dari kamera hingga mikrofon. Namun anehnya, begitu mereka melihat keluar, tak ada satupun bukti bahwa angin kencang barusan bertiup. Pohon-pohon di luar terlihat tampak tenang.

Lorraine Warren pun memutuskan mengadakan acara pemanggilan arwah untuk berkomunikasi dengan Batsheba. Pada upacara yang disaksikan diam-diam oleh Andrea, anak tertua mereka, ia menyaksikan ibunya kesurupan. Kursi yang diduduki Carolyn tiba-tiba terangkat dari lantai. Iapun mulai berbicara bahasa Inggris kuno yang kemungkinan diucapkan oleh Batsheba. Dan tiba-tiba saja, tubuh Carolyn terlempar ke seberang ruangan.

Dan di sinilah kelanjutan cerita keluarga Perron berbeda dengan versi filmnya. Roger, yang khawatir akan kondisi mental istrinya, kemudian mengusir keluarga Warren dari rumahnya. Ya, mereka memang tak pernah berhasil mengusir para arwah dari dalam rumah keluarga Perron. Yang lebih parah, keluarga Perron terpaksa tinggal di rumah itu hingga tahun 1980 karena mereka tak mampu pindah ke tempat lain. Keluarga itu terpaksa berdamai dan “beradaptasi” untuk tinggal dengan paling tidak 9 hantu di rumah itu, dimana sebagian besar menurut mereka tidaklah berbahaya.


Lorraine dan Ed Warren

Ketika akhirnya mereka akhirnya mampu pindah, sebuah twist lain pun terjadi.

Menurut pengakuan Andrea, anak tertua mereka, beberapa arwah itu menempel dan ikut pindah bersama mereka.

Namun keluarga Perron kini sepertinya mulai menemukan kedamaian. Andrea kini menuliskan pengalamannya ke dalam sebuah buku berjudul “House of Darkness House of Light”. Namun seberapa akurat kesaksiannya? Benarkah keluarga mereka disiksa oleh keberadaan hantu jahat bernama Batsheba?

Batsheba, yang digambarkan sebagai sosok antagonis dalam kisah keluarga Perron, memang benar-benar ada. Namanya adalah Bathsheba Thayer dan ia menikah dengan pria bernama Judson Sherman yang kemudian bersamanya memiliki empat anak. Memang benar ketiga anaknya meninggal, namun pada masa itu, kematian anak kecil merupakan hal yang lumrah karena keterbatasan ilmu kedokteran saat itu.

Seorang blogger bernama J’aime Rubio menyelidiki tentang masa lalu Batsheba dan menyimpulkan bahwa ia bukanlah penyihir seperti yang digambarkan orang. Buktinya, kuburannya masih ada di pemakaman umum kota Harrisburg. Jika benar ia adalah (atau paling tidak dituduh) penyihir, maka warga setempat takkan membiarkannya dimakamkan di sana.


Batu nisan Batsheba

Itulah sekelumit cerita tentang keluarga Perron. Lagi-lagi, kalian boleh percaya atau tidak. Yang jelas, film “The Conjuring” dengan drastis memperhalus ending ceritanya. Keluarga Perron tak pernah diselamatkan. Seperti kata Andrea Perron dalam wawancaranya,
The house never left us, even though we left the house.
It never left us and it never will.”

Rumah itu tak pernah meninggalkan mereka. Takkan pernah.



3 comments:

  1. Gara² film horror, gue jadi takut pindah rimah wkwk

    ReplyDelete
  2. Dulu pernah terjadi pembunuhan di rumah ini...

    Orang Amerika : wow, menarique

    ReplyDelete