Hello again guys!
Ya ya gue tahu, gue kan kemarin baru aja post review film, kok
sekarang posting lagi? Yap, review kali ini gue bikin khusus buat
ngerayain Halloween. Kayaknya nggak seru kali ya kalo Oktober nggak
kita habisin buat nonton film horor hehehe. Karena itu gue kasi cukup
banyak rekomendasi film untuk kalian nikmati di bulan Oktober ini.
Akan ada 10 film yang gue bahas
dan akan gue bagi ke dalam dua postingan. Silakan disimak!
1. SPLINTER (2008)
“Splinter” merupakan contoh film
horor yang cukup minimalis, karakter utamanya ada cuman ada tiga di
sepanjang cerita. Film ini menceritakan sepasang kekasih yang
disandera sepasang penjahat. Namun bukannya saling membunuh, mereka
malah terpaksa saling membantu karena mereka diserang oleh alien yang
berbentuk seperti jarum (splinter).
Untuk film horor bertema monster, film
ini cukup berhasil. Adegan gore-nya pun cukup mantap (gue suka banget
pas adegan deputi ceweknya dibunuh monster). Sayang, gaya kameranya
agak mirip film action Hollywood yang “berantakan”. Gue sih
pengennya melihat penampakan monster ini dengan jelas, tapi gerakan
kameranya malah shaky banget. Gue ngerti sih gerakan seperti itu
emang disengaja buat memberi kesan “chaotic” tiap kali tokoh
utamanya diserang, tapi bikin penontonnya pusing juga dan nggak puas
karena nggak bisa melihat wujud monsternya secara utuh (atau itu
emang teknik buat film low budget ya biar nggak ngeluarin duit banyak
buat desain monster secara detail?).
Komplain lainnya tentang film ini
adalah karakter para tokohnya yang generic alias stereotip banget.
Jalan ceritanya juga ketebak. Tapi untuk hiburan, film ini sudah
cukup lumayan. Untuk film ini gue kasi skor 3,5 CD berdarah. Not bad.
2. PET SEMATARY (2019)
“Pet Sematary” diadaptasi dari
novel karya Stephen King yang terkenal, bahkan udah dua kali disadur
ke layar lebar, yakni pada tahun 1983 dan 2019 lalu. Baik versi
pertama dan kedua cukup setia dengan jalan cerita novelnya, walaupun
ada perubahan yang cukup fundamental di versi terbarunya.
“Pet Sematary” bercerita tentang
seorang dokter yang pindah ke rumah baru bersama istri dan kedua
anaknya. Ia tak menduga bahwa di dekat rumahnya terdapat sebuah
pemakaman kuno yang memiliki kekuatan yang amat mengerikan: siapapun
yang dikubur di sana akan bangkit kembali!
Salah satu perubahan yang gue nikmati
dari versi aslinya adalah sosok sang kucing bernama Church yang
digadang-gadang bakalan menjadi ikon horor terbaru. Dikisahkan kucing
milik keluarga tersebut mati tertabrak mobil dan kemudian bangkit
kembali menjadi sosok yang jahat setelah dikuburkan di pemakaman
terkutuk itu. Kucingnya emang serem sih hehehe.
Film ini lebih ke horor atmosferik yang
moody ketimbang adegan-adegan gore yang sadis (walaupun ada satu satu
adegan tusuk-tusukan yang bikin gue mengernyit ngeri). Yang gue suka,
film ini juga menyinggung sedikit tentang mitologi “wendigo” yang
ada di novel aslinya, tapi sama sekali nggak disebut di film veri
jadulnya. Bahkan menurut gue, adegan penampakan wendigo ini merupakan
salah satu adegan paling menyeramkan di film ini.
Jika kalian tertarik menontonnya, gue
menyarankan untuk menonton terlebih dahulu film versi 1983-nya. Nah
setelah itu barulah kalian bisa membandingkan dengan film versi
anyarnya. Tentu secara sinematrografi dan lain-lain, film versi 2019
lebih bagus karena teknologinya yang lebih maju. Namun gue
peringatkan: JANGAN SEKALI-KALI NONTON TRAILER FILM INI karena
trailernya bakalan membocorkan plot twist paling utama di film versi
2019 ini.
Film ini menurut gue lebih setia dalam
menerjemahkan bahasa kengerian dari halaman-halaman buku Stephen King
ketimbang “It yang lebih menonjolkan jumpscare. Karena itu gue
kasi film ini skor 4 CD berdarah.
3. UNDER THE SHADOW (2016)
Salah satu film dengan genre horor yang
“slow burning” film ini unik karena menggambarkan Iran pada masa
perang. Film ini berkisah tentang seorang ibu yang menjaga anak
semata wayangnya setelah suaminya pergi karena bertugas untuk
berperang. Kota merekapun tak luput dari kengerian perang setelah
sebuah rudal mendarat di apartemen mereka, namun tidak meledak. Para
penghuni apartemen itupun mengungsi satu demi satu, namun sang ibu
tetap kukuh tinggal di sana bersama dengan sang anak, walaupun ia
mulai merasakan teror dari dunia lain ketika ia mulai sendirian di
sana.
Seperti gue bilang tadi, film ini lebih
ke “slow burning” horror ketimbang jumpscare, jadi kalian harus
sabar saat menyaksikannya. Film ini juga bisa digolongkan sebagai
“psychological thriller” karena kita dibikin bertanya-tanya,
apakah sang hantu benar-benar ada ataukah itu hanya halusinasi sang
ibu yang mengalami depresi akibat kondisi rumh tangga serta kekacauan
perang di sekitarnya? Ada juga “social” commentary yang
ditawarkan di film ini, semisal adegan saat sang ibu kabur dari
rumahnya saat malam-malam dari teror hantu di rumahnya. Bukannya
menolongnya, polisi malah menangkapnya gara-gara sang ibu tidak
mengenakan hijab saat keluar rumah.
Cuma satu sih kritik yang pengen gue
sampaikan di film, yakni klimaksnya yang kurang menggigit dan
penampakan akhir hantunya yang kurang seram. Sisanya, film ini cukup
disturbing. Gue kasih film ini skor 3,5 CD berdarah.
4. THE PROWLER (1981)
Tiap kali gue mencari artikel top ten
film slasher terbaik dari tahun 80-an, selalu saja judul film ini
muncul di list-nya. Karena itu, nggak heran gue-pun penasaran dan
menjajalnya. “The Prowler” menceritakan sesosok pembunuh
misterius yang beraksi di sebuah pesta dansa. Trope macam ini tentu
sudah nggak asing dan kerap digunakan, semisal di film “Prom Night”
dan “My Bloody Valentine”. Namun kali ini yang berbeda, adegan
bunuh-bunuhannya cukup sadis. Gue sendiri cukup kaget pas adegan
pembunuhan pertama, ternyata film jadulpun juga bisa ya sesadis ini.
Plot twistnya pada saat sang pembunuh terungkap pun menurut gue cukup
spesial dan tidak terduga. Emang nggak salah jika menyebut “The
Prowler” ini sebagai salah satu film slasher terseram dari masa
80-an.
Gue kasih nilai 4 CD berdarah untuk
film ini.
5. THE VANISHING (1988)
Berjudul asli “Spoorloos”, film
lawas asal Belanda ini mengisahkan sepasang kekasih yang memutuskan
untuk berlibur ke Prancis. Namun naas, di tengah perjalanan sang
cewek diculik dan tak pernah ditemukan lagi. Sang cowok terobsesi
untuk menemukan kekasihnya yang menghilang itu. Bukannya berbicara
dengan keadilan, film ini lebih ingin mengajarkan untuk “let
go”alias melepaskan yang sudah pergi. Obsesi sang pria nantinya
akan berujung petaka ketika ia bertemu dengan sang pembunuh.
Sekilas kedengaran seperti film
thriller ya, namun kenyataannya film ini malah lebih mirip film-film
crime comedy asal Korea. Yup, di sini para pemirsanya akan disuguhkan
dengan “perjalanan hidup” sang pembunuh yang bukannya seram,
namun malah agak kocak karena sang penjahat di sini digambarkan kikuk
dan baru pertama kali menjadi pembunuh. Namun klimaksnya menurut gue
agak menakutkan karena semua tiba-tiba terjadi seperti “kehendak
Tuhan” dan endingnya ... pada masanya ending ini dianggap salah
satu yang paling mengerikan.
Oh ya, gue juga terkesan banget ama
akting sang cewek yang walaupun dia muncul hanya dalam beberapa
adegan dengan durasi minim, namun aktingnya alami banget. Ngingetin
gue ama Mila Kunis di “Black Swan”. Gue kasih film ini 4 CD
berdarah.
Adegan paling horror di Pet Sematary menurut gue pas bagian si anak cewek yang di kubur balik lagi ke rumahnya, meskipun gue bisa tebak nanti bakalan kayak gimana gue tetep merinding.
ReplyDeleteFYI Salah satu dari 4 kucing yang meranin Church di pet sematary mati sekitar seminggu kemudian abis filmnya rilis :'(
wkwkwkw jgn spoiler!!!
DeleteJangan - jangan ..........
DeleteBang lu ga pengen gthu cobain nonton horor horor indoh. Kan ku punya banyak.
ReplyDeleteDah nonton Pet Sematary,, sayang ny gak happy ending..
ReplyDeleteYg namanya film stephen king mana ada yg happy ending tan. coba aja nonton "the mist" itu endingnya ngeselin bgt wkwkwk
DeleteEntahlah gw lebih suka pet yg pertama..mungkin krn gw nontonnya taun 90an,dan belum begitu banyak nonton film horor.The mist??plis jgn ngomongin film itu...dari dulu smpai skrg gw masih enek...gw yakin gw bakal bunuh diri kalo jd org itu
ReplyDelete