Genre horor-komedi sepertinya
akhir-akhir ini mulai banyak bermunculan. Namun berbeda dengan
film-film “dark comedy” atau film seperti “Get Up” dimana
komedinya hanya dilontarkan oleh tokoh yang menjadi comic relief di
cerita tersebut, film-film ini benar-benar bergenre murni
horor-komedi dan memasukkan unsur komedi ke dalam inti ceritanya.
Suka atau tidak, itu pendapat kalian. Mungkin ada yang berpendapat
adanya unsur komedi membuat kengerian dalam film horor menjadi
berkurang. Atau mungkin ada yang menyukainya karena unsur komedinya
menambah hiburan yang ada. Suka atau tidak, kalian bisa putuskan
dengan menyaksikan film-film komedi-horor yang gue rekomendasikan
berikut ini.
1. DUDE BRO PARTY MASSACRE III
(2015)
Walaupun judulnya demikian, film ini
sama sekali bukan film sekuel kok. Judulnya emang sengaja dibuat
begitu sebagai teknik marketing aja biar orang-orang pensaran.
Dilihat sekilas, film ini emang mirip-mirip ama “Scary Movie”
karena merupakan parodi film-film horor slasher ala 80-an, terutama
yang berkutat di Sorority. Tapi bukannya mengeksplore cewek-cewek di
Sorority, film ini malah kebalikannya, yakni menceritakan cowok-cowok
di Fraternity yang diteror oleh pembunuh misterius. Tentu saja karena
tokohnya cowok-cowok yang bisa dibilang bego ini, ceritanya malah
jadi kocak banget.
Film ini menceritakan tentang Brent,
seorang cowok yang pergi ke Fraternity dimana saudara kembarnya
terbunuh untuk menemukan pembunuhnya, yakni serial killer bernama
Motherface (pelesetan dari “Leatherface”, nama psikopat di film
“Texas Chainsaw Massacre”). Dia dan anggota Fraternity tersebut
akhirnya menghabiskan waktu di sebuah kabin di tengah hutan
(lagi-lagi trope yang lazim di film horor) dan berhadapan langsung
dengan sang pembunuh.
Adegan-adegan di film ini emang
mengundang tawa (jika kalian paham jokesnya) dan juga sebaiknya nggak
usah dianggap serius sebab emang absurd dan sejak awal emang
ditujukan sebagai satire film-film horor yang jalan ceritanya mudah
ditebak. Tapi tingkah konyol para pemerannya emang membawa kesegaran
tersendiri, apalagi film ini adalah film independen alias low budget
dan nggak dibacking-i oleh studio yang besar. Itu adalah alasan lagi
kenapa gue amat menghargai film ini.
2. YOU MIGHT BE THE KILLER (2018)
Lagi-lagi film horor-komedi yang
menyindir film slasher, film ini mengisahkan sebuah kamp musim panas
(lagi-lagi trope yang udah terlalu biasa di film horor) yang diteror
pembunuh bertopeng misterius yang membunuh satu demi satu para
peserta kamp tersebut. Sang tokoh utama kemudian meminta tolong
temannya yang seorang ahli film horor untuk menemukan siapa
pembunuhnya, namun ia malah justru mendapatkan kejutan demi kejutan.
Berbeda dengan “Dude Bro Party
Massacre III”, walaupun masih dibalut komedi, film ini masih terasa
lebih “serius”. Film ini lebih ke arah meta-horor (akan gue
jelasin di postingan mendatang apa itu meta-horor) yang menyindir
film-film horor masa kini yang ceritanya begitu mudah ditebak.
Gue memberi film ini skor 3,5 CD
berdarah. Gue rasa cukup. Endingnya juga nggak mengecewakan (jika kalian paham referensinya).
3. TUCKER AND DALE VERSUS EVIL
(2010)
Lagi-lagi film horor komedi yang
berhasil menyeimbangkan antara kesadisan ala slasher dan porsi humor
yang memgundang gelak tawa, “Tucker and Dale Versus Evil”
menyoroti tentang stigma negatif yang senantiasa dihadapi kaum
“redneck” (alias kelas pekerja di pedalaman America yang sering
dianggap sebagai “white trash” yang kurang berpendidikan). Stigma
itu semakin parah dengan adanya film-film slasher semacam “Texas
Chainsaw Masscare”, “The Hill Have Eyes” serta “Wrong Turn”
yang menggambarkan tokoh antagonisnya sebagai kaum redneck yang doyan
incest dan kanibal.
Nah, tokoh utama film ini adalah Dale
dan Tucker, sepasang sahabat yang sebenarnya punya perangai yang
polos dan baik hati. Namun gara-gara stigma sebagai redneck,
sekelompok mahasiswa yang tengah kemping di sebuah hutan menyangka
mereka adalah pembunuh berantai. Kesalahpahaman itu berlanjut hingga
satu demi satu para mahasiswa terbunuh gara-gara kesalahan mereka
sendiri, namun justru Dale dan Tucker yang dituduh sebagai pelakunya.
Film “meta horror” ini emang
sengaja ingin menertawakan (sekaligus menyindir) stereotip-stereotip
yang selalu muncul di film horor (bahkan sebelum “Cabin in the
Woods”). Dan ini memang berhasil. “Tucker and Dale” menjadi
film unik yang bahkan gue rasa bisa dinikmati oleh orang-orang yang
bukan penggemar film horor. Film ini juga mengajarkan untuk nggak
menilai orang dari sisi luarnya aja.
4. FINAL GIRLS (2015)
Sebenarnya sih alasan gue tertarik
nonton film ini karena ada Nina Dobrev di sini. Gue dari dulu emang
ngefans ama Nina semenjak dia tampil sebagai bintang utama di Vampire
Diaries. Tapi kejutan, ternyata di film ini juga nongol aktris
favorit gue yang lain, yakni Taissa Farmiga. Lagi-lagi film bergenre
“meta horror” yang memparodikan trope-trope film horor yang
terlalu sering dipakai, salah satunya adalah konsep “final girl”.
Di film horor, terutama slasher, biasanya hanya satu tokoh utama
(selalu cewek) yang berhasil selamat hingga ending film tersebut dan
mengalahkan sang tokoh antagonis. Tokoh cewek yang bertahan hingga
final inilah yang disebut sebagai “final girl”
Dikisahkan di film ini, akibat sebuah
kebakaran yang menimpa sebuah bioskop, lima remaja terpaksa melarikan
diri dengan cara masuk ke dalam layar saat sebuah film slasher tengah
ditayangkan. Akibatnya, mereka terjebak di dalam film tersebut dan
harus mancari cara untuk mengalahkan sang pembunuh berantai di film
tersebut dan menyelamatkan para tokoh di film itu.
Selain kocak, gue suka banget kesan ala
tahun 80-an yang penuh warna. Sinematografinya juga apik, para
tokohnya walaupun stereotip, tapi relatable (juga cantik-cantik
hehehe). Kita dibikin peduli ama tokoh-tokohnya hingga kira merasa
sayang jika ada yang mati di film ini. Dan di luar dugaan gue, film
ini juga punya pesan moral yang cukup dalam.
Gue kasi film ini skor 4 CD berdarah
(pastinya gara-gara ada Nina Dobrev di sini jadi gue kasi nilai
tinggi hehehe).
No comments:
Post a Comment