Tuesday, October 1, 2019

REVIEW FILM PART 7: CRAZY HORROR MOVIES!



Hallo para movie-goers, mungkin kalian bingung ya genre apaan sih “crazy movies” ini. Pasti genre nggak jelas bikinan admin MBP (yang juga nggak jelas). Well, tepat sekali! Postingan ini emang gue bikin khusus buat film-film horor “gila” yang mendobrak pakem-pakem yang ada. Ada beberapa film yang menurut gue amat unik sehingga gue perlu memasukkannya ke sini. Berikut ini list-nya.


1. THE WITCH IN THE WINDOW (2018)


Film ini nggak dirilis di bioskop, melainkan diputar secara eksklusif di Shudder. Buat kalian yang nggak tahu apa itu Shudder, itu adalah layanan streaming berlangganan khusus film horor, jadi mirip versi seremnya Netflix. Gue mengerti kok alasan kenapa film ini nggak ditayangkan di layar lebar karena film ini bergenre “slow burn” dan gue tahu banyak yang nggak begitu menghargai genre ini, terutama orang-orang yang nggak sabaran. Film-film slow burn emang punya alur yang pelan banget dan terkenal “pelit” dalam menampakkan teror demi build up yang memuaskan. Tapi gue sama sekali nggak keberatan dengan film slow burn, bahkan gue cenderung menyukai film bergenre seperti ini karena biasanya mereka punya pay off yang sesuai (jika kita mau bersabar sepanjang film).

Maka dari itu, film ini mungkin “kontroversial” buat kalian. Ada kemungkinan (besar malah) kalian nggak akan menyukainya, tapi gue pribadi malah amat terkesan dan bahkan “memuja” film ini.
Ceritanya cukup simpel, yakni seorang ayah dan anaknya yang pindah ke sebuah rumah berhantu. Film-film slow burn seperti ini nggak hanya mengandalkan penampakan hantu aja (yang biasanya minimalis, tapi begitu keluar malah nakutin banget), tapi juga mengeksplore drama keluarga. Dan itulah yang akan kalian saksikan di sini.

Alasan utama gue memasukkannya ke list ini adalah film ini menawarkan teknik sinematografi yang belum pernah gue lihat sebelumnya (gue nggak bilang ini belum pernah dilakukan, tapi gue bilang ini pertama kalinya gue melihat teknik ini). Yakni ketika sang tokoh berbicara atau bercakap-cakap, kamera bukannya mengarah ke tokoh yang sedang ngobrol itu (seperti teknik kamera pada lazimnya), namun malah menyorot ke angle atau sudut yang nggak biasa, semisal pojokan rumah yang nggak ada apa-apa di sana. Tentu scene ini akan membuat kita berpikir akan terjadi sesuatu di lokasi yang disorot oleh kamera itu, sebab lokasi itu lebih penting ketimbang karakter yang sedang berdialog. Nah, ini merupakan build up ketegangan yang amat efektif (dan juga low budget) dan akan bikin kita deg-degan.

Overall, film ini amat menarik walau seperti kata gue tadi, mungkin bukan untuk semua orang. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.



2. TERRIFIED (2017)


Film berbahasa Spanyol berjudul asli “Aterrados” ini merupakan salah satu film paling “gila” yang gue saksikan. Bahkan mungkin salah satu film horor terbaik yang pernah gue tonton. Ada banyak review yang menyanjung film ini dan jelas, review-review itu sama sekali nggak bohong. Film ini kembali membuktikan kenapa kalian mesti lebih banyak menonton film-film horor berbahasa Spanyol.

Secara alur, “Terrified” mengingatkan kita pada film-film horor Jepang seperti “Ju On” (bahkan teknik scare-nya juga hampir mirip). Film ini menceritakan tentang sebuah rumah yang dihantui oleh sosok monster yang tak hanya mengerikan untuk dilihat, namun juga amat ganas. Film ini memiliki tiga alur. Yang pertama (bagian awal) adalah seorang pria yang mengeluhkan suara-suara dari rumah tetangganya. Yang kedua adalah penjelasan apa yang sebenarnya terjadi di rumah tetangga itu. Dan yang ketiga menceritakan para investigator paranormal yang berusaha menyelidiki peristiwa-peristiwa supranatural di rumah itu.

Kalo gue diminta menggambarkan film ini dengan satu kata, pastilah kata itu adalah “sempurna”! Film ini punya segalanya: monster yang membuat kalian bergidik ngeri, jumpscare yang bisa bikin kalian melompat sampai jerit-jerit, twist demi twist yang menarik, serta kengerian yang sepertinya memang melekat di film ini dari awal hingga akhir. Sosok monster yang ada di sini teramat kuat hingga kita bisa tahu nggak akan ada yang bisa lolos dari terornya dan sense of hopeless inilah yang membikin film ini benar-benar menakutkan.

Gue nggak ingat bisa sepuas ini nonton sebuah film horor setelah bertahun-tahun, apalagi perasaan ini datang setelah melihat sebuah film “anti-mainstream” yang bahkan nggak berbahasa Inggris. Ketika gue menonton sebuah film horor, biasanya gue merasa ada yang kurang, semisal ah kurang di bagian ini atau endingnya kurang mengigit. Gue selalu merasa ada sesuatu yang bisa diperbaiki di film itu untuk membuatnya lebih bagus. Namun film ini berbeda. Film ini sudah sempurna tanpa perlu diperbaiki. Film ini mengingatkan dnegan perasaan yang gue alami ketika gue pertama kali menonton film-film J-horror. Semuanya begitu sempurna. Filmnya aneh memang, tapi ketidakbiasaan itu, kemauannya untuk keluar dari hal-hal klise dan benar-benar all out gilanya, itulah yang membuat film ini menonjol dari yang lain.

Singkat kata, gue kasih nilai 5 CD berdarah untuk film ini.


3. BLACK DEATH (2010)


Gue agak tercengang pas gue tahu aktor utama film ini adalah Eddie Redmayne yang pernah dapat Oscar setelah memerankan sosok Richard Hawkins dalam film autobiografinya dan di film-film mainstream, ia juga populer sebagai tokoh utama di spin off Harry Potter “Fantastic Beast and Where To Find Them”. Makanya nggak perlu diragukan lagi kan Eddie ini aktor kelas atas yang aktingnya nggak perlu diragukan lagi. Makanya gue mikir, kenapa ya dia main di film horor? Mungkin aja dia dapatin peran ini sebelum namanya terkenal sebagai aktor kelas kakap dengan bayaran tinggi.

Film bikinan Inggris ini bersetting di masa kelam Eropa pada abad ke-14 dimana kala itu wabah Black Death tengah melanda benua itu dan memusnahkan sebagian besar populasinya. Namun di tengah teror wabah itu, masih ada berita yang lebih mengerikan, yakni desas-desus dimana ada sebuah desa yang penduduknya bisa bangkit lagi dari kematian. Isu itu mendorong sekelompok pasukan dikirim ke desa itu untuk menyelidiki keberadaan black magic yang meresahkan warga itu. Dalam perjalanan, mereka dibantu oleh seorang biarawan muda yang diperankan Eddie Redmayne sebagai penunjuk jalan.

Dari sinopsisnya, gue awalnya berpikir ini film zombie, but it's even better! Untuk menampilkan kondisi Eropa saat dicekam Dark Age ini, film ini nggak malu-malu menampilkan adegan-adegan gore. Jalan ceritanya juga seru dan gue sebenarnya nggak bisa spoiler kalian apa yang menyebabkan gue masukin film ini di list film-film “gila”. Yang jelas, klimaksnya benar-benar mengandung plot twist yang bikin gue menganga dan segala yang gue pikirkan tentang “apa” film ini sebenarnya semenjak awal dibuat berubah ketika plot twist ini terkuak. Lagi-lagi gue nggak bisa bilang apa itu karena akan membuat pengalaman nonton film ini jadi nggak seru, tapi yang pasti gue amat merekomendasikan film ini untuk kalian.

Gue bener-bener suka film ini. Mungkin menurut kalian film ini nggak sedahsyat film-film lainnya (dan gore-nya pun mungkin kurang brutal ketimbang yang gue bahas di review film Gore), tapi tetap twistnya itu gue pikir sangat inovatif dan bisa jadi ide film-film berikutnya.

Gue kasih film ini skor 4 CD berdarah.


4. THE HALLOW AKA THE WOODS (2015)


Gue tertarik menonton film ini karena bujukan salah seorang youtubers yang mereview film-film horor yang underated di vlog-nya. Ternyata dia nggak bohong, “The Hallow” ini merupakan salah satu film paling seram yang pernah gue tonton. Andaikan film atmosfer “The Ritual” dan “The VVitch” dicampur dengan “A Quiet Place”, maka inilah hasilnya.

“The Hallows” bersetting di Irlandia (salah satu alasan mengapa gue perlu menilik film horor Irlandia) dan berkisah tentang seorang peneliti dan keluarganya yang tinggal di dalam hutan untuk meneliti penyakit misterius yang menyerang hutan tersebut. Namun kehadiran mereka tak disambut baik oleh para tetangganya. Mereka kemudian mengetahui bahwa ada alasan mengapa hutan tempat mereka tinggal seharusnya tak boleh dimasuki manusia, sebab ada makhluk misterius yang mengintai di dalam kegelapan hutan.

Gue suka banget ama film ini. jika beberapa film slow burn seperti “Hereditary” memiliki pace yang amat pelan, maka film ini jelas kebalikannya. Nggak perlu terlalu banyak cing cong soal pengenalan tokoh, kengerian dalam ini langsung ditunjukkan tanpa menunggu banyak waktu. Di 30 menit pertama, sosok monster yang mengancam mereka sudah diperlihatkan secara vulgar. Awalnya gue sempat kecewa, karena gue berpikir filmnya nggak akan seru lagi jika monsternya sudah muncul duluan. Namun ternyata gue salah, ada banyak yang masih mendukung jalan cerita, semisal keluarga mereka yang mulai terkoyak akan ketidakpercayaan. Belum lagi, keluarga yang menjadi tokoh utama film ini juga memiliki bayi yang harus mereka lindungi.

Film ini sempurna, mulai dari CGI (biasanya gue nentang abis jika ada CGI di film horor, tapi kali ini memang mendukung cerita banget), plot twist tentang “apa” sebenarnya makhluk-makhluk yang menimpa mereka, sedikit body horror dengan takaran yang cukup, serta penyelesaian dan jalan cerita yang “A Quiet Place” banget, semua memang sempurna. Tapi gue sempet heran, masa sih film sebagus ini tapi gue nggak pernah dengar sebelumnya?

Ternyata setelah gue selidikin (cailah), film ini awalnya berjudul “The Woods”. Naaaah ... ini dia pangkal permasalahannya. Gue sih sering denger review bagus tentang film horor berjudul “The Woods”, tapi pas gue cari-cari nggak pernah ketemu. Ternyata filmnya memiliki judul yang lain. Perubahan judul ini mungkin karena judul “The Woods” udah sering dipake oleh film lain jadi bikin rancu.

Akhir kata, seperti yang udah gue bilang tadi, gue “terpaksa” ngasi skor sempurna, alias 5 CD berdarah untuk film ini.


2 comments:

  1. Njiiiirrrrrrr gw ngejerit dong kena jump scare nya monsternya serem , anjiiirrrrr
    Yg bikin gw geregetan nape si funes lama amaaattttt bertindak ny aduuuuh pake kena serangan jantung ampe gw jejeritan ngatain funes 😂🤣😂🤣👌🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngomongin "terrified" ya? Emang jumpscarenya parah apalagi yg di jendela wkwkwk

      Delete